Selasa, 23 September 2008

3000 Jam untuk Teknisi Pesawat



Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia sangat membutuhkan alat transportasi yang cepat dan efektif untuk menjalin perhubungan. Transportasi laut saat ini sudah mulai ditinggalkan karena lamanya waktu yang dibutuhkan untuk bepergian antar pulau. Karena itu banyak orang mulai melirik maskapai penerbangan karena kecepatannya.


Berbicara mengenai jumlah maskapai penerbangan ditanah air yang makin banyak di satu sisi merupakan hal yang menggembirakan. Karena dengan banyaknya jumlah maskapai yang hadir ditanah air tentunya membuat kebutuhan akan tenaga kerja semakin besar dan lapangan kerja pun tercipta. Untuk memenuhi kebutuhan dibidang penerbangan saat ini banyak perusahaan-perusahaan yang bergerak ke bidang pemeliharaan pesawat terbang.


Di perusahaan seperti ini pesawat dipelihara agar tetap dalam keadaan laik terbang dan hal ini tentunya berkaitan dengan kenyamanan selama di udara. Salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pemeliharaan pesawat terbang adalah PT GMF AeroAsia (GMF) yang dulunya merupakan direktorat teknik dari Garuda Indonesia. Menurut Jawahir, Manpower Planning dan Recruitment Manager GMF, pelatihan teknisi ini memiliki peran yang besar dalam memenuhi kebutuhan industri didunia penerbangan. Pria kelahiran Kudus ini menyebutkan bahwa tenaga kerja yang berkualitas dan mampu merawat pesawat terbang sesuai standard penerbangan merupakan salah satu modal penting dalam bisnis perawatan pesawat terbang.


Untuk itulah GMF sangat concern terhadap pelatihan teknisi pesawat ini. “Proses trainingnya sendiri memakan waktu sekitar 3000 jam”, ujar Djatmiko, Manajer Technical Training GMF. Menurutnya lamanya waktu pelatihan ini dilakukan untuk mencapai standar kompetensi sesuai dengan yang dibutuhkan industri penerbangan. Output training 3000 jam adalah menjadi teknisi pemula yang masih membutuhkan supervisi dari expert dalam melakukan pekerjaannya. Hal ini juga diamini oleh Jawahir, “Kalau training kan sasarannya supaya kompetensinya sesuai dengan kebutuhan industri penerbangan”. Bermodalkan lahan seluas 115 hektar yang berada di kompleks bandara International Soekarno-Hatta, GMF AeroAsia membangun berbagai fasilitas dan infrastruktur guna menunjang operasionalisasi dan aktivitas bisnis mereka seperti hangar pesawat, gedung serbaguna, ruang pelatihan, gedung perlengkapan, gedung manajemen dan lain-lain. Berbagai fasilitas ini diharapkan dapat menunjang proses training agar berjalan sesuai dengan standar industri penerbangan. Dalam hal resources perawatan pesawat terbang, GMF lebih tertarik merekrut lulusan dari SMK penerbangan. “Core business GMF kan perawatan pesawat terbang sehingga akan lebih effisien dan efektif kalau mengambil lulusan dari SMK Penerbangan”, ujar Jawahir. Selain itu ia juga menilai jika merekrut dari lulusan non SMK Penerbangan terdapat gap kompetensi yang cukup besar karena kurikulum pendidikan non SMK Penerbangan dengan SMK Penerbangan berbeda, imbuhnya lagi. Salah satu tujuan training yang dilakukan GMF yaitu untuk mengembangkan personil atau memperkecil gap yang ada. “Untuk memperkecil gap ini tidak harus diisi dengan training, tetapi bisa juga diisi dengan (OJT) on the job training, assignment, couching dan lain-lain”, tambah Jawahir. Dalam hal pengembangan personil, GMF memiliki tools / manual yang disebut dengan Personal Competency Manual atau disingkat PCM. PCM tsb menggambarkan standar kompetensi perawatan pesawat terbang yang mengacu pada standar otoritas penerbangan, misalnya CASR (Civil Aviation Safety Regulation, otoritas penerbangan Indonesia), EASA (European Aviation Safety Agency, otoritas penerbangan Eropa), FAA (Federal Aviation Administration, otoritas penerbangan Amerika) dan lain-lain. PCM digunakan untuk mengukur standar kompetensi bagi setiap personil yang bekerja di GMF. PCM ini berisi uraian mengenai standard kompetensi bagi setiap pemangku jabatan (job holder). Selain itu terdapat juga uraian-uraian kriteria keberhasilan, kondisi, dan training yang diperlukan agar tiap personil perawatan pesawat terbang bisa menjadi kompeten. Ada tiga unsur kompetensi yang menjadi bagian dari PCM yaitu Skill, Knowledge dan Attitude. Skill adalah ketrampilan yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, misalnya adalah penguasaan standard practices, preventive maintenance, inspection, trouble shooting, modification dsb. Sementara itu Knowledge adalah pengetahuan yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, misalnya adalah pengetahuan basic aircraft, konsep aircraft maintenance, maintenance manual, regulasi, human factor dsb. Yang terakhir yaitu Attitude adalah perilaku yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, misalnya analythical thinking, team work, achievement, integrity dsb. Untuk menjamin kompetensi personil perlu dilakukan proses assessmen . Proses assessment ini dilakukan oleh team assessor yang terdiri dari Expert (SME), Manager dan HR (Human Resources). Sementara itu untuk jabatan tertentu seperti Certifying Staff (Release-Man), perlu dilakukan program training/pelatihan dan assessment yang bersifat periodik sehingga kompetensi nya selalu up to date dan valid. Certifying Staff ini merupakan bagian yang menentukan laik atau tidaknya sebuah pesawat untuk mengudara.


0 komentar:

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com